Hidayatullah Sleman

 

Senin, 15 Februari 2016

Menjadi Wanita, Mudah atau Susah?

0 komentar

Oleh: Sabil

“JADI perempuan itu nggak gampang,” protes seorang wanita dalam sebuah iklan pembalut di televisi.
Dari iklan tersebut, wanita itu ingin menyampaikan pesan bahwa menjadi seorang wanita itu tidak mudah. Apalagi jika “datang bulan” lalu pembalutnya tembus. Pesan wanita itu ada betulnya, tapi tidak sepenuhnya benar.
Memang menjadi seorang wanita tidak mudah. Di samping ia adalah makluk yang lemah, juga mempunyai tugas yang berat dan tidak bisa dilakukan oleh kaum lelaki. Misalkan, mengandung anak selama sembilan bulan dan membawanya di dalam perut yang berat dalam waktu lama.
Kemudian ia juga melahirkan, merasakan sakit yang tiada tara, mempertaruhkan nyawanya. Lalu lahirlah bayi, kemudian ia menyusui dan menyapihnya. Tak sampai di situ, ia juga harus mendidik anak tersebut, sebab ini menjadi tugas utama ibu.
Begitu juga dengan ibadah. Dalam beberapa ibadah perempuan ‘tertinggal’ dari laki-laki. Jika “datang bulan” atau nifas maka ia tidak boleh shalat dan berpuasa. Ia juga dilarang memasuki masjid dan memegang al-Qur’an.
Dalam hal pembagian warisan pun perempuan mendapat setengah dari bagian laki-laki. Sementara aurat wanita lebih susah dijaga dibanding lelaki karena banyak yang harus ditutupi.
Ibu, Lalu Bapak
Sementara itu, muncul kelompok feminim yang ceritanya memperjuangkan nasib kaum wanita. Alih-alih mendapatkan hak yang diperjuangkan; kesetaraan dan kemerdekaan. Malahan mereka semakin jatuh ke dalam jurang kehancuran.
Bahkan dari perjuangan untuk menyetarakan gender ini bisa melahirkan bibit kerusakan moral maupun kelainan seksual. Misalkan, perempuan suka sama perempuan.
Dikutip dari hidayatullah.com (11/02/2016), menukil perkataan penulis novel Gola A Gong, bahwa meningkatnya kasus lesbian, homoseksual, biseksual, dan transgender (LGBT) di antaranya akibat pemahaman kesetaraan gender yang salah.
Allah Subhanahu Ta’ala telah menciptakan makhluk-Nya dengan sangat detail dan sempurna.
Allah berfirman dalam surat At-Tin ayat 4, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Pasti terkandung hikmah yang besar di balik penciptaan laki-laki dan wanita.
Islam sangat memuliakan wanita, posisinya sangat agung dalam agama ini. Wanita atau ibu didahulukan dan disebut sebanyak tiga kali, ketika seorang anak ingin berbuat baik kepada orang tuanya.
Diriwayatkan, Abu Hurairah Radiyallahu‘anhu berkata, “Datang seseorang kepada Rasulullah lalu bertanya, ‘wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak untuk saya berbuat baik padanya?’
Rasulullah menjawab: Ibumu,
Dia bertanya lagi: lalu siapa?
Rasulullah menjawab: Ibumu,
Dia bertanya lagi: lalu siapa?
Rasulullah kembali menjawab: Ibumu,
Lalu dia bertanya lagi: lalu siapa?
Rasulullah menjawab: Bapakmu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Mudah, Kok!
Syariat Islam memerintahkan para suami untuk berbuat baik kepada istrinya. Menghargainya, menghormatinya, tidak menyakitinya, bersabar atas segala kekurangannya, memberikan nafkah, dan lain sebagainya.
Semua itu merupakan bagian dari perintah Allah, “Dan pergaulilah mereka (para istri) dengan cara yang baik.” (An-Nisaa: 19)
Dari Abu Hurairah RA berkata: “Rasulullah bersabda: ‘orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, sebaik-baik kalian yang paling baik terhadap istrinya’.” (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi)
Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Orang yang berusaha membantu para janda dan orang miskin maka dia berada di jalan Allah atau seperti orang yang shalat malam dan puasa sepanjang hari.” (HR Bukhari dan Muslim)
Sebenarnya, berdasarkan pengalaman yang dirasakan istri penulis, menjadi wanita itu gampang dan tidak susah. Tidak sesulit dan seberat yang dipikirkan kaum feminis, kapitalis, dan liberalis.
Sebab, cukup dengan mematuhi garis yang dibuat oleh Sang Pencipta wanita, yaitu AllahSubhanahu Wata’ala, maka semua akan menjadi mudah dan berakhir bahagia. Dunia dan akhirat. Insya Allah! Wallahu a’lam.*
Penulis adalah kepala rumah tangga, tinggal di Makassar
Rep: Admin Hidcom
Editor: Muh. Abdus Syakur

0 komentar:

Posting Komentar